Ketika pasukan Frank berada di Bait Naubah, sebuah wilayah yang berdekatan dengan Al Quds, para telik sandi mengabarkan bahwa pasukan musuh itu telah bersiap mengepung Al Quds. Sedangkan Shalahuddin Al Ayubi sendiri saat itu berada di kota suci umat Islam tersebut.
Mengetahui persiapan musuh, umat Islam pun mulai merasa gentar, hingga Shalahuddin mengumpulkan para pemimpin pasukan untuk bermusyawarah. Ternyata para pemimpin itu menyatakan agar Shalahuddin Al Ayubi keluar dari Al Quds, dengan alasan demi menjega keselamatannya, sedangkan para pemimpin itu melindungi kota. Namun musyawarah selesai sedangkan Shalahuddin Al Ayubi tetap berkeras diri untuk tetap tinggal.
Setelah para pemimpimpin pulang ke rumah masing-masing, ada kabar bahwa sebenarnya mereka menginginkan Shalahuddin Al Ayubi keluar agar mereka juga bisa keluar dari Al Quds.
Shalahuddin Al Ayubi pun sedih dengan kabar tersebut, hingga di waktu itu, di malam Jumat di musim dingin ia terus berfikir memecahkan masalah itu ditemani oleh Qadhi Bahauddin Syadad, ulama shalih yang selalu menemainya.
Melihat kondisi Shalahuddin, Bahauddin Syadad pun menyarankan untuk istirahat, namun Shalahuddin menjawab,”Sepertinya waktu tidurmu telah datang”, lalu ia bangkit.
Bahauddin Syadad pun pulang ke rumahnya, dan setelah melakukan beberapa pekerjaan suara adzan shubuh pun berkumandang. Ia akhirnya pergi shalat shubuh dan bertemu dengan Shalahuddin yang sedang berwudhu.
“Aku tidak tidur sama sekali”, kata Shalahuddin Al Ayubi
“Aku sudah tahu”, jawab Bahauddin Syadad.
“Darimana Anda tahu?”, tanya Shalahuddin.
“Karena aku tidak tidur, tidak ada waktu tidur”, jawab Bahauddin.
“Aku ada pikiran, mudah-mudah bermanfaat”, kata Bahauddin.
“Apa itu”, tanya Shalahuddin.
“Menyandarkan perkara ini kepada Allah, dan berpijak untuk mengangkat kesulitan ini kepada-Nya”, jawab Bahauddin.
“Bagaimana kita melakukannya?” Tanya Shalauddin.
Bahauddin pun menjelaskan,”Ini adalah hari Jumat, paduka mandi sebelum keluar, kamudian menuju ke Al Aqsha tempat isra` Rasululullah. Paduka sedekahkan harta secara sembunyi-sembunyi, kemudian Paduka laksanakan shalat dua rakaat antara adzan dan iqamah lalu berdoa kepada Allah di saat sujud dimana ada hadits shahih mengenai hal itu, dan Paduka berdoa dalam hati,’Wahai Tuhanku, telah putus dariku usaha-usaha di bumi dalam menolong agama-Mu, tidak ada yang bisa kulakukan kecuali bergantung kepada-Mu dan memegeng erat tali-Mu serta bersandar kepada kemurahan-Mu, Engkau adalah pencukup bagiku dan sebaik-baik penolong’, sesungguhnya Allah Maha Mulia, hingga tidak akan membiarkan tujuan paduka tanpa hasil”.
Akhirnya Shalhuddin Al Ayubi melaksanakan saran Bahauddin Syadad. Ulama shalih itu pun menyaksikan Shalahuddin bersujud sedangkan air matanya membasahi sajadahnya.
Di hari itu, Bahauddin Syadad yang juga menjabat sebagai Qadhi militer itu segera menerima kabar bahwa hari itu pasukan Salib sudah memperiapkan diri di padang pasir, namun akhirnya mereka kembali ke perkemahan.
Di keesokan harinya di hari Sabtu datang kabar yang sama seperti kabar di hari Jumat sebelumnya. Dan mata-mata mengabarkan bahwa ada perselisihan antara pihak Perancis dan Inggris yang dipimpin oleh Richard, dimana pihak Perancis menginginkan untuk mengepung Al Quds sedangkan pihak Inggris mengeluhkan tidak adanya sumber air di wilayah tersebut. Dimana sebelumnya Shalahuddin Al Ayubi sudah menghancurkan sumber-sumber air di sekitar Al Quds. Kemudian mereka pun bermusyawara, dimana dalam kebiasaan pasukan Salib mereka bermusyawarah di atas kuda dengan 10 orang pemimpin dan keputusan apapun akan dilaksanakan.
Di hari Senin datang berita bahwa pasukan Salib memutuskan untuk kembali Ramlah dan membatalkan serangan terhadap Al Quds.
Setelah peristiwa itu, Bahauddin Syadad menyatakan,”Inilah yang kusaksikan dari hasil penyandaran diri Shalahuddin kepada Allah Ta’ala”. (An Nawadir Ash Shulthaniyah wa Al Mahasin Al Yusufiyah, hal. 39-41)
0 komentar:
Posting Komentar